Rabu, 22 Juli 2020

SYUKUR TIADA BATAS

SYUKUR TIADA BATAS
Oleh : Titin Sumartini, S. Pd. I

Mentari mengawali pagi itu,  cuaca pagi begitu syahdu, semburat cahaya mentari perlahan masuk kaca jendelaku. Aku melihat adikku Cecep duduk diam terpaku dengan seragam sekolah lengkap ditubuh. 

Aneh gumanku, bukankah sekolah masih belum ada ijin untuk tatap muka, dan yang ku tahu dari walikelas Cecep pun begitu, Kegiatan Pembelajaran masing PJJ atau masing Daring . Ku hampiri adikku yang tengah diam membisu, ku coba bertanya dengan kata-kata lembutku,  adikku Cecep tiba-tiba menangis,  ia menangisi kenapa Cecep masih belum boleh ke sekolah seperti biasa, belajar dan bercanda bersama teman-teman, bertemu muka dengan guru-guru tercinta,  melahap aneka gorengan enak di kantin. 

Cecep menangis tersedu, maklum Cecep masih kelas 2 SD, belum begitu paham spa yang terjadi di  negeri ini bahkan seluruh dunia. Meskipun tahu sekilas di berita, sekolah sementara belajar di rumah, tak mampu mematahkan rasa rindu Cecep untuk pergi ke sekolah. 

Apa yang Cecep rasakan, dirasakan pula oleh semua siswa di seluruh Indonesia, badai corona telah mengubah kehidupan kita. Kita baru menyadari rasa syukur kita dahulu sebelum corona, masih bebas berbuat apa ,sekarang semua tinggal kenangan bahkan jawabannya tidak ada yang tahu, sampai kapan corona ini kan berakhir. 

Syukur itu tiada batas,  sampai kita menyadari bahwa hidup bebas dari sebuah virus kecil, sungguh teramat mahal harganya, Tuhan telah menegur hamba-Nya,  untuk tidak berbuat semena mena di bumi sebagai Asyr -Nya. 
Kerinduan Cecep adalah kerinduan kita bersama,  guru, orangtua dan siswa. 

Semoga Tuhan secepatnya mengangkat wabah corona dari negeri kita tercinta. 

Profile Penulis :
Titinsditannaba. wordpress. com
titinsumartini053.blogspot.com
Email : titinsdit@gmail.com

16 komentar: