ILALANG YANG HILANG
Seperti biasa jalan laut pantura ramai lalu lalang kendaraan. Klanson bis saling bersahutan dan ngebut di jalanan.
Dewi itulah namaku orang memanggilnya, padahal dulu di kampung orang tuaku memberi nama Eneng Rosita. Entahlah awal mulanya dimana namaku menjadi berubah. Mungkin bisa jadi semenjak aku sering melayani warung remang-remang di pinggir jalanan meskipun hanya menyuguhkan kopi hangat para lelaki hidung belang.
Dewi pergi dari kampung bermaksud mencari pekerjaan ke kota, singkat cerita di kota Dewi berkenalan seorang ibu muda nan jelita, ia menawarkan Dewi bekerja di rumah makan miliknya. Setelah ku pikir-pikirnya setujulah pula, karena memang Dewi butuh pekerjaan.
Lima tahun sudah berlalu, tak terasa Dewi yang lugu berubah menjadi gadis yang manja dan agresif, bak di sulap menjadi gadis yang sangat cantik. Dewi menjadi primadona pengkunjung berebut saweran.
Lupa istri lupa keluarga begitulah lelaki hidung belang jika sudah terjerat wanita. Pelanggan di warung begitu sorak soray ramaiannya, sambil meneguk minuman dingin di tangannya. Semua mata menuju sang biduan cantik ratu nya malam itu, yaitu Dewi.
Waktu terus berlalu, kini warung sang Dewi begitu sepi, oh ternyata sang Dewi sekarang bagai ilalang yang hilang. Semenjak terkena HIV Sang Dewi sudah tiada menunggu pelanggan lagi, terusir dari dunia gemerlapnya malam dan rayuan lelaki tak punya perasaan, padahal mereka punya anak dan istri di rumah.
Sang Dewi tertidur lemas, di sebuah ruang kecil sederhana, sesekali sang ibu tercinta setia menemani sang putri yang terkulai lemas. Tetesan air mata sang Dewi terus mengalir deras, penyesalan skan jalan hidup bergelimang dosa, memupus cita-cita dan impian orangtua.
Profile penulis :
Nsma. : Titin Sumartini
Titinsditannaba,.wirdoress. com
titinsdit@gmail.com
Mantap bu..
BalasHapusmantap, dalam bulan Juni ini saja sudah 10 artikel di blog ini, semoga menjadi bank tulisan yang gemuk suatu hari. Mari Menulis
BalasHapusSemangaaat bu
BalasHapusImajinasi yang beda tapi terasa real... Dewi oh Dewi, tulisan ibu mengesankan.
BalasHapusMantap bu...
BalasHapusSemangat menulis Bu..mantab
BalasHapusterharu...bahasanya sudah profesional skl..semangat terus menulis bu..
BalasHapusmampir jg ketempatku ya bu http://iniblogqu20.blogspot.com/2020/06/sejenak-bersama-mrbams.html
Mantap bu tulisannya dan rajin sekali ngeblog. Lihat juga saya di http://maseko1275.blogspot.com/2020/06/mr-bams-berbagi-kebaikan-melalui-blog.html
BalasHapushebat tulisan-tulisannya keren, blognya banyak.. suksee terus Bu Titin. .
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKeren mbak....smangat terus!
BalasHapus👍👍👍
BalasHapusBgus sekali bu titin...🤗🥰
BalasHapusMantaap bu Titin, bisa menjadi insfirator buat saya.
BalasHapusCerita yang menyentuh. Semoga tidak ada Dewi lain yang menyandang duka yang sama. Salut buat Ibu Titin yang selalu menggeliatkan literasi...
BalasHapus